Pesona Patung Dewa Murugan di Kabupaten Langkat, Tertinggi Kedua di Dunia

Pesona Patung Dewa Murugan di Kabupaten Langkat, Tertinggi Kedua di Dunia

Tidak perlu jauh ke Malaysia untuk melihat Patung Murugan yang menjulang tinggi.

Karena di Kuil Shri Raja Rajeshwari Amman Kovil terletak sekitar 35 Km dari Kota Medan, tepatnya di Desa Padang Cermin, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, anda juga bisa mendapati patung Dewa Murugan setinggi 50 kaki atau sekitar 16 meter menjulang ke langit di sisi kiri kuil.

Patung Dewa Murungan terbesar di dunia ada di Batu Cave, Malaysia dengan tinggi 18 meter. Dan Patung Murugan di Langkat, Sumatera Utara terbesar kedua.

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang memiliki tingkat tolensi beragama yang cukup baik di Indonesia. Oleh karena itu, di sini terdapat banyak objek wisata religi yang terbuka untuk umum bisa dikunjungi wisatawan.

Mulai dari Mesjid Raya, Gereja Velangkani hingga Vihara di Taman Lumbini. Rumah ibadah tersebut menjadi ikon objek wisata religi Kota Medan yang bisa dikunjungi semua agama dan kalangan. Tiap lokasi memiliki keunikan dan kelebihannya tersendiri.

Kuil Shri Raja Rajeshwari Amman Kovil ini berbeda dengan kuil lainnya karena memiliki patung Murugan yang dibangun oleh pemahat dari India dan begitu pula arsitekturnya juga orang India.

Rahman, penjaga kuil, menuturkan patung Murugan dibangun pada tahun 2012 dengan mendatangkan langsung pemahat dan arsitektur dari India untuk pengerjaannya.

"Semua bahannya juga dari luar, katanya bahan yang sama juga digunakan untuk pembuatan patung di Batu Cave, Malaysia. Bangunannya patung dicat bewarna emas berkilau sedari jauh sudah tampak," katanya.

Ia menuturkan Dewa Murugan adalah Dewa Hindu yang terkenal di kalangan orang Tamil di negara bagian Tamil Nadu di India, dan Sri Lanka. Dewa ini juga dikenal dengan berbagai nama, seperti misalnya Kartikeya, Kumara, Shanmukha, Skanda dan Subramaniam.

Dia merupakan Dewa perang dan pelindung negeri Tamil. Dewa Murugan digambarkan sebagai dewa berparas muda, bersenjata tombak dan mengendarai burung merak. Oleh karena itu, di dalam komplek kuil ini juga terdapat kandang burung merak dan ada tiga ekor burung merak yang cantik di dalamnya.

"Uniknya di sini tidak orang Tamil, rata-rata orang Jawa dan Batak. Jamaah yang datang merupakan pendatang dari luar daerah khususnya Medan. Jadi cukup terbuka untuk umum dari pagi hingga sore, namun untuk masuk ke dalam kuil hanya hingga pukul 12.00," katanya.